Selasa, 16 Februari 2010

Pembicaraan jam 14.30 - 20.30 WIB 16/02/10

Semua ini bermula dari SILATURAHIM. Waktu itu kami mencoba untuk membicarakan beberapa hal yang meliputi:
1. Persaudaraan
2. Lingkungan Kampus
3. Organisasi
4. Cintar
Di saat berbincang, saya tidak menemui seorang AW (inisial nama) di lingkungan kampus yang cenderung pendiam, menutup diri, egois, dan lain sebagainya. Saat ini merupakan moment yang ditunggu, dimana suasana sangat cair dan akrab. Tertawa riang, marah bareng, serta senyum yang menggambarkan kebahagian. Yang saya ingin ungkit sebelum membahas hal yang kami perbincangkan adalah 'Mengapa seorang AW harus menutup diri ketika di kampus?!'. Beliau mempunyai potensi yang besar dan mempunyai tujuan mulia untuk kampus tercinta, saya malu ketika mengetahui tekad beliau lebih besar dari pada saya. Berselang berjalannya waktu, beliau menarik diri dari keaktifannya dalam dunia kampus. Dan faktor yang menyebabkannya adalah lingkungan kampus yang sudah terbentuk untuk sebuah golongan.

Kemudian saya mencoba untuk menggiringnya membahas masalah 'persaudaraan' yang terdapat dalam kelas. Cara kerja yang unik untuk mengetahui kondisi individual seorang, yaitu UNDERGROUND. Ketika orang lain tidak memikirkan hal tersebut tapi beliau memikirkannya. Saya suka dengan kinerja beliau, tetapi ada hal yang saya tidak suka ketika beliau memberikan kesimpulan bahwa terdapat kaum Mayoritas-Minoritas dalam kelas. Saya cukup protektif dengan hal ini, karena saya tidak merasa sebagai kaum mayoritas walaupun beliau menganggap saya sebagai kaum mayoritas. Saya menganggap semua saudara dan tidak ada pilih kasih didalamnya. Semua kembali kepada pola pikir individual masing-masing, suatu kondisi yang 'wajar' ketika seorang yang tidak terlalu komunikatif bertemu dengan orang yang sama, sehingga dapat memberikan kesimpulan "Kita bagian dari kaum MINORITAS".

Hal berikutnya adalah lingkungan kampus yang sudah terbentuk dan berpengaruh kepada organisasi di dalamnya. saya merupakan mahasiswa yang kecewa dengan keadaan kampus. Suasana kampus yang terbentuk adalah lingkungan T******H (salah satu golongan dakwah) yang kemudian men-general semua mahasiswa agar mengikuti semua pola konsepnya. Pada dasarnya mahasiswa yang terdapat dalam kampus itu cukup variatif atau beraneka ragam, tetapi mengapa harus memaksakan semua kegiatan berpola T******H sedangkan kami tidak semua dapat menerima pola tersebut. AW sempat masuk ke salah satu organisasi di kampus dan beliau menarik diri, lau saya tanya mengapa?! jawabannya adalah apa yang saya tulis pada paragraph ini. Sehingga kami dapat menarik kesimpulan bahwa 'kampus tidak akan maju, jika tidak terjadi perubahan', dan kami tetap memperjuangkan perubahan itu. Allahu Akbar!!

Ini merupakan pembahasan yang cukup menarik, yaitu CINTA. Saya mendapatkan berbagai macam ilmu tentang cinta dari AW, dimana saya tidak pernah menduga sebelumnya. Sebelumnya saya minta maaf karena membeda-bedakan antara anak ROHIS dan anak PONDOK. Realita yang terjadi di kampus saya adalah mahasiswa yang berlatar belakang rohis cukup sensitif ketika kita membicarakan masalah cinta, sedangkan mahasiswa berlatar belakang pondok lebih mengarah kepada pembelajaran cinta. Ketika kita sedang jatuh cinta, AR (anak rohis) mewanti-wanti keras dengan alasan takut kita lebih mencintai manusia dari pada RABBnya atau dapat mengganggu keikhlasan beribadah atau mendekati zina, dan lain sebagainya. Ketika saya bertanya kepada AW yang berlatar belakang AP (anak pondok) menyatakan bahwa cinta itu wajar karena fitrahnya manusia, yang perlu digaris bawahi adalah cinta kita kepada lawan jenis justru mendekatkan diri kepada sang RABB dan mengarah kepada jenjang yang serius untuk menggenapkan sebagian agama. Dan realita yang terjadi adalah cinta yang suci selalu membawa kita kepada Sang Rabb, jadi bukan mengganggu niat ibadah, melainkan menyemangatkan ibadah melalui orang yang kita cintai. Jadi, biarkan mereka jatuh cinta asal jangan berlebihan (melanggar syariat), jika melanggar batasan-batasan maka hadapilah resikonya. Saya dan AW pernah merasakan jatuh cinta dan kami merasakan hal-hal positif yang ada dalam diri kami. Saya mendapatkan kata mutiara dari beliau yang berbunyi:

Ketika aku merasakan bercinta
Maka aku tidak dapat merasakan membenci

Ketika aku merasakan membenci
Maka aku tidak dapat merasakan bercinta

Ketika aku tidak merasakan keduanya
Apa yang aku rasakan??

Mungkin hanya ini yang saya dapat bagikan untuk anda semua, mungkin manfaatnya sedikit. Semoga peristiwa ini dapat menjadi pelajaran untuk anda semua. WAALLAHU'ALAM BIS-SOWAAB



untuk_ZIFA dan AW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar